In Another Life

Seorang gadis sedang berjalan ke arah bangku taman, hari ini ia berencana bertemu dengan seseorang di taman ini. Seseorang yang ia sayangi.

Ketika berjalan ke arah bangku taman, gadis tersebut tidak melihat siapapun. Mungkin seseorang yang sedang ia tunggu masih berada di perjalanan.

Gadis tersebut memilih bangku yang dekat dengan air mancur di tengah taman, tempat pertama kali ia bertemu dengan seseorang. Seseorang yang sedang ia tunggu.

Setelah duduk, gadis tersebut memutuskan untuk mengirim pesan ke orang itu untuk memberi kabar bahwa ia sudah berada di taman. Tidak ada jawaban yang artinya seseorang di sana sedang melakukan suatu hal, menyetir misalnya.

Setelah mengirim pesan, gadis tersebut memilih untuk melanjutkan gambar yang belum ia selesaikan. Namun, ia tidak melihat keberadaan buku gambarnya. Buku gambar itu seharusnya ia pegang, tetapi kenapa sekarang tidak ada?

__________________

Seorang Laki-laki baru sampai di taman, ia ada janji untuk bertemu dengan seseorang. Namun, ia yakin seseorang tersebut belum sampai.

Akhirnya iya mengabari orang tersebut bahwa ia sudah di taman dan akan duduk di salah satu bangku taman.

Setelah mengirim pesan, laki-laki tersebut berjalan ke arah bangku taman. Namun, langkahnya terhenti. Laki-laki itu melihat sebuah buku gambar, ia rasa seseorang telah menjatuhkannya.

Laki-laki tersebut mengambil buku gambar itu lalu membuka halaman pertama dari buku itu.

“Ananya Lalasa.”

Nama yang tertera di buku tersebut seperti tidak asing baginya. Seperti nama yang sudah akrab di telinganya. Lalasa.

Laki-laki itu melihat ke sekeliling taman, matanya menangkap satu manusia yang sedang duduk di salah satu bangku taman. Ia rasa seseorang tersebut merupakan pemilik buku ini.

Akhirnya laki-laki tersebut berjalan ke arah orang itu, ia berdiri tepat di depan orang tersebut.

“Sorry, kayaknya ini buku gambar lo.” Ucap laki-laki itu dan menyodorkan buku gambar ke hadapan gadis di depannya.

Gadis tersebut melihat ke arah buku gambar itu lalu melihat ke arah laki-laki tersebut.

“Ah, iya. Makasih....” Ucapan gadis yang bernama Ananya tersebut mengantung.

“Mike, nama gua Mike Lee. Lo bisa panggil Mike.”

“Ah, iya. Makasih ya Mike.”

“Ananya kan?”

Ananya kira laki-laki bernama Mike ini hendak pergi dari hadapannya, namun ternyata ia salah. Laki-laki tersebut masih berada di hadapannya dan bertanya namanya.

“Eh, kok bisa tau?”

“Ada namanya di halaman pertama buku gambar. Sorry kalau gua main buka aja, btw gambar lo bagus.” Laki-laki itu tersenyum. Ia ingin tersenyum di hadapan gadis ini, gadis yang ia rasa ia sudah mengenalnya.

Ananya mengangguk, “Iya gapapa kok, btw makasih.” Ia bingung harus mengatakan apa.

Hening.

Tidak ada yang memulai percakapan dan Mike tidak juga beranjak pergi.

Ananya bingung, apa ia harus menawarkan Mike untuk duduk di sampingnya?

“Mike-”

“Ananya-”

“Lo duluan aja Mike.”

“Hmm, gua merasa pernah ketemu lo, apa kita pernah kenal sebelumnya?”

Pertanyaan dari Mike sukses membuat Ananya bingung, ia tidak pernah merasa bertemu dengan Mike. Apa Ananya salah?

“Kayaknya engga deh, kita ga pernah ketemu. Mungkin lo salah orang.”

Mike bingung, ia yakin pernah bertemu dengan Ananya.

“Iya kali ya? Atau jangan-jangan kita pernah ketemu di kehidupan sebelumnya? Hahaha” Mike menertawakan pertanyaan bodoh darinya. Mana mungkin Ananya akan ingat?

Tawa Mike terhenti ketika ada seseorang memanggil Ananya.

“Lalasa!”

Kedua orang tersebut melihat ke arah seseorang yang memanggil Ananya.

“Maaf aku telat.” Ucap laki-laki yang baru tiba tersebut.

Ananya hendak menjawab tetapi terhenti ketika laki-laki tersebut melihat ke arah Mike.

“Mike? Sorry, gua kira siapa yang lagi ngobrol sama Lalasa.”

“Rafa? Ah jadi Ananya nungguin lo? Sorry juga Ananya tadi gua ajak ngobrol.”

Ananya bingung, jadi dua orang dihadapannya sudah saling kenal?

Rafa mengerti tatapan Ananya, “Ini Mike Lee sa, yang waktu itu aku pernah ceritain.”

Ah, Ananya ingat sekarang. Pantas nama Mike tidak asing ditelinganya.

Rafa melanjutkan kalimatnya, “Nah Mike, ini Ananya. Pacar gua yang waktu itu gua ceritain.”

Mike mengangguk.

“Oh iya sa, maaf tadi aku lama ya. Aku ga baca chat kamu jadinya aku tadi aku ke rumah kamu dulu eh kamunya udah sampai ternyata.” Ucap Rafa.

“Gapapa Raf, aku kan ga mau ngerepotin kamu tapi jadinya ngerepotin karena kamu udah jalan.”

Mereka bertiga akhirnya mengobrol singkat sampai Mike menangkap kehadiran seseorang. Seseorang yang ia tunggu.

“Nah, itu pacar gua dateng. Gua ke dia dulu ya. Sorry ganggu waktu kalian berdua. See you next time!” Lalu Mike berjalan ke arah pacarnya, meninggalkan mereka berdua.

Setelah itu, diam-diam dua dari tiga orang diantara mereka tersenyum.

“Akhirnya lo berani untuk perjuangin dia sebelum dia ketemu gua di kehidupan ini ya, Jun.”

“Akhirnya lo punya kisah bahagia untuk kisah lo sendiri ya, Mark.”

Benar, dua diantara mereka bertiga mengingat hal yang terjadi di kehidupan sebelumnya. Sejarah kisah mereka tidak terulang dan tidak akan pernah terulang lagi di kehidupan ini ataupun selanjutnya. Mereka bahagia dengan ceritanya masing-masing. Menjadi pemeran utama pada cerita masing-masing.

Selamat berpisah dengan cerita ini. Sampai jumpa di cerita berikutnya dengan pemeran utama yang berbeda!