Boleh?

Setelah membeli semua peralatan ospek, Renjun dan Grass memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Pilihan mereka tentu saja jatuh ke makanan cepat saji yang berlogo “M”.

Ternyata tidak terlalu ramai, masih ada beberapa tempat duduk yang tersisa. Mereka memilih duduk di dalam, bagian dekat kaca.

“Mau pesen apa?” Tanya Grass. Iya, yang memesan makanan cuma Grass. Renjun mau duduk aja katanya.

“Samain aja.”

“Minumnya?”

“Kaya lo.”

“Milo?”

“Ya iya, emang lo minum apa lagi selain milo? Udah sana ah pesen, lama lo.”

Grass menatap Renjun malas, lalu berjalan menunu kasir.

Renjun menatap Grass lalu tersenyum, “Lucu.”

Iya, menurutnya Grass sangat menggemaskan ketika marah atau sekedar menunjukkan muka tidak sukanya. Oleh karena itu, Renjun selalu membuat Grass kesal.

Ketika melihat Grass berbalik sambil membawa nampan yang berisikan makanan, dengan cepat Renjun mengalihkan pandangannya.

“Nih makanannya.” Ucap Grass ketika meletakkan makanannya di meja. Ia pun duduk di hadapan Renjun.

“Thanks.”

Setelahnya tidak ada yang berbicara, mereka berdua sibuk dengan makanan dan isi kepala masing-masing sampai akhirnya Grass mengeluarkan pertanyaan.

“Jun, lo sama Mark udah temenan berapa lama?” Tanya Grass santai. Ia menatap Renjun sambil memakan kentangnya.

“Berapa lama ya? Lama deh, dari sd pokoknya. Kenapa?”

“Gapapa, kalian keliatan deket banget gitu.”

“Ya iyalah, dibilang dia sahabat gua.” Renjun melihat ke arah Grass sebelum ia melanjutkan kalimatnya. “Kenapa nanya-nanya? Udah mulai tertarik?”

Grass melihat ke arah Renjun, “Kalo gua tertarik boleh ga?”

Yang dilihat malah menunjukkan muka mengejeknya. “Kan gua bilang juga apa, pasti lo tertarik.”

Grass tersenyum, “Gua nanya Renjun, bukannya jawab malah ngasih opini.”

“Boleh lah, ga ada yang larang juga.”

“Kenapa boleh? Karena dia temen lo?”

“Salah satunya itu, lagian dia juga baik. Ga bakal macem-macem atau nyakitin lo.”

“Kalo lo?”

Renjun menatap Grass bingung, “Maksudnya?”

“Lo bakal nyakitin gua ga?”

Pertanyaan dari Grass seperti boomerang bagi Renjun. Ia tidak mengerti maksud dari pertanyaannya, namun bukannya jawabannya juga sudah jelas?

“Masih lo tanya nih? Emang selama temenan ada gua bikin lo nangis?”

“Gak pernah sih, iya juga ya?”

Renjun mengangguk, “Lo beneran tertarik? Mau gua kenalin ga?”

“Kan udah kenalan, gimana si?”

“Ya kali aja lo mau gua jadi mak comblang.”

Grass tertawa lalu menggelengkan kepalanya, tanda bahwa ia tidak ingin dicomblangkan.

Kemudian tidak ada lagi pembahasan dari keduanya, mereka fokus dengan makanan dan isi kepalanya masing-masing.